Sabtu, 14 Mei 2016 - 4 komentar

10 Hal yang pasti dialami santri baru


   Bagi mereka yang sudah menjadi alumni, masa-masa menimba ilmu di pondok pesantren adalah masa-masa yang dirindukan. Mondok/nyantri di pesantren menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Pengalaman tersebut sangatlah berharga, dimana kita bisa mengingat betapa senangnya ketika berkumpul bersama teman-teman, mengaji, menghafal, mengantri, makan, mandi, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain bersama-sama. Kita juga mengingat betapa susahnya menghafal beberapa bait dari kitab kuning untuk setoran harian. Dan salah satu yang paling tak terlupakan adalah momen ketika kita pertama kali masuk ke pondok pesantren menjadi santri. Sebagai santri baru yang masih lugu, banyak sekali kejadian yang dialami saat itu.
Dalam rangka mengenang momen berharga ini, mari kita bahas kejadian-kejadian apa saja yang dialami saat menjadi santri baru. Selamat membaca!
  1. Berada di lingkungan baru


Yang akan dialami pertama kali ketika menjadi santri baru adalah lingkungan yang baru. Santri berpindah dari lingkungan yang lama (rumah) ke lingkungan yang baru yakni pesantren. Di komplek pesantren santri baru merasakan suasana yang berbeda. Ada yang sedang mengaji, solat berjama’ah, sampai memasak. Santri baru juga menempati kamar yang baru, sekolah baru, dapur baru, kantin baru (kalau ada), sampai dapur baru. Dan tak sedikit santri baru yang kaget tentang kondisi sebagian kamar mandi sangat buruk, tidak ada kuncinya, gayung hilang, pintu bolong, tidak ada lampu dan bak yang tidak pernah dikuras. Sebagian pondok pesantren juga ada yang menerapkan waktu jam air. Maksudnya pada waktu-waktu tertentu air akan dimatikan dan dinyalahkan kembali. Biasanya air nyala pada waktu pagi dan sore.
  1. Bertemu teman baru

Santri baru akan bertemu dengan santri-santri baru lainnya. Orang-orang yang menjadi santri baru datang dari berbagai penjuru daerah. Ada yang dari Jawa, Sunda, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Aceh, Nusa Tenggara, Ambon, dan Papua. Bahkan di beberapa pesantren terdapat juga santri-santri yang datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, Brunai, Thailand, Singapura, Philipina, dan Sudan. Mereka akan saling berkenalan satu sama lainnya.
  1. Latar belakang yang berbeda-beda
Santri yang mondok di pesantren datang dari berbagai dareah yang berbeda. Tentu suku bangsa, bahasa, dan budayanya juga berbeda. Mereka semua berkumpul dalam satu lingkungan yang sama. Setelah berkenalan, para santri baru akan belajar berbagai bahasa, belajar mengenal karakteristik, dan kebiasaan-kebiasaan dari teman-temannya tersebut. Ada berbahasa Jawa, Sunda, Melayu, Makasar, halus, kasar, bahkan bahasa ngapak. Ada juga yang pemarah, pendiam, nakal, berani, cengeng, rajin, dan iseng. Intinya para santri baru belajar beradaptasi dengan kondisi masyarakat pesantren yang multikultural.
  1. Satu kamar orang banyak

Di lingkungan pesantren, sudah umum jika satu kamar dihuni banyak santri. Ada tipe kamar yang dipetak-petak kecil-kecil, ada juga satu kamar langsung petak besar. Ada kamar yang menggunakan kasur, ada juga yang cuma karpet. Jika kamarnya terlalu sempit, santri tidur secara desak-desakan, agar muat mereka tidur dengan posisi berjejer rapih. Jika benar-benar tidak muat, santri akan tidur ditempat lain seperti aula, ruang kelas, mushola dan masjid. Bahkan ada kamar yang hanya digunakan untuk meletakan lemari saja, sedangkan santri tidur bisa dimana saja. Namun dibeberapa pesantren, pihak pondok pesantren sudah menata tempat tidur/kasur untuk santri, sehingga tidak terjadi kepenuhan seperti tadi.
  1. Apa-apa serba ngantri
Santri baru mungkin belum terbiasa dengan budaya mengantri. Tapi mereka pasti mengalami ini di pondok pesantren. Sebuah pondok pesantren yang tergolong kecil bisa mempunyai sedikitnya 100 orang santri. Untuk pondok pesantren yang besar, jumlah santri bisa mencapai 2000 orang sampai 8000 orang santri. Fasilitas yang disediakan oleh pesantren digunakan bersama-sama contohnya kamar mandi. Setiap hari, para santri berlomba-lomba bangun sepagi mungkin, salah satu tujuannya adalah agar dapat menggunakan kamar mandi. Jika bangun kesiangan bisa-bisa antrian untuk kamar mandi sudah panjang bahkan ada kemungkinan akses air akan dimatikan. Juga saat mengambil makan, santri pasti disuruh berbaris mengantri untuk bergantian mengambil makananan. Disinilah kesabaran seorang santri diuji.
  1. Jadwal padat
Yang namanya pondok pesantren, pasti kegiatannya banyak. Sebagian pesantren malah sudah membuat jadwal kegiatan untuk para santri dari pagi sampai malam. Sudah tentu ini terjadi, karena di pondok pesantren, para santri ditempa agar menjadi orang yang berilmu, rajin beribadah, berkerja, belajar, dan ber-akhlakul karimah. Ada santri yang kegiatannya hanya mengaji dan membantu kyai, ada juga yang mengaji sambil sekolah. Santri yang sambil sekolah, paginya sampai siang digunakan untuk sekolah formal kemudian dari sore sampai malam digunakan untuk mengaji, dengan begitu jadwalnya menjadi padat.

Santri baru umumnya belum terbiasa dengan kondisi seperti ini. Mereka tidak biasa dengan jadwal yang padat. Dan mereka yang tidak kuat, akan tereleminasi dengan sendirinya, alias keluar. Tapi sebenarnya jika aktivitas padat dilakukan dengan sabar, santri akan terbiasa dan tahan banting (biasa capek).
  1. Makanan seadanya
Tidak seperti dirumah yang bisa memilih-milih makanan, di pondok pesantren para santri baru harus terbiasa dengan makanan yang tersedia. Pihak pondok sudah membuat jadwal makanan yang akan disediakan kepada santri. Misalnya senin sayur lodeh, selasa sayur sop dsb. Para santri tidak bisa memilih-milih makanan sesuka hati karena yang tersedia hanya itu. waktu makan juga ditentukan, misalnya jika sehari makan tiga kali, maka waktunya pagi, siang, dan malam/sore. Jika sehari dua kali, maka waktunya siang dan malam/sore. Jika kelewatan, harus menunggu waktu makan selanjutnya. Dengan begitu santri akan disiplin dalam makan.
  1. Homesick (Kangen Rumah)
Santri baru pasti alami ini. Mungkin satu dua hari sampai seminggu belum kangen rumah. Tapi setelah itu mulai deh kangen rumah.  Kangen rumah yakni kangen orang tua, adik kakak, sdaudara, teman-teman dan semua kondisi dirumah. Jika santri baru ada dalam kondisi kangen rumah, mereka akan mengingat-ingat betapa enaknya tinggal dirumah. Mereka juga mulai membandingkan kondisi di rumah dengan di pondok. Di pondok sehabis sekolah masih harus ngaji, sedangkan dirumah bisa main. Di pondok kamar mandinya kotor dan harus ngantri, sedangkan dirumah bersih dan bisa digunakan kapan saja. Dipondok makannya engga enak, sedangkan dirumah makannya enak ada ayam, sayur sop, telur, susu dan buah-buahan. Dipondok tidurnya desak-desakan, sedangkan dirumah tidurnya di kasur yang empuk dan lega. Dan yang paling penting dirumah ada orang tua dan saudara-saudara. Perasaan kangen rumah seperti ini wajar sekali, malah banyak santri yang baru sehari tinggal di pesantren saja sudah kangen rumah dan ingin pulang. Tapi lambat laun perasaan ini bisa diatasi, salah satunya dengan selalu beraktifitas dengan teman-teman. Jangan selalu merenung.
  1. Nangis diam-diam
Yang satu ini adalah kelanjutan dari kangen rumah. Setelah santri baru mengalami fase kangen rumah, biasanya santri baru akan menangis. “Di malam hari ketika beranjak tidur, setelah selesai aktivitas pondok yang padat, terngianglah kondisi rumah, lalu muncul gambaran ibu dan bapak dengan kasih sayangnya sedang tersenyum dan melambai-lambaikan tangan. Mulailah berkaca-kaca mata para santri baru, hingga akhirnya menetes setelah air matanya tak tertampung lagi oleh kelopak mata”. Walapun agak lebay, tapi begitulah kira-kira gambaran dari kondisi santri baru yang sedang kangen rumah dan menangis. Selain sebelum tidur, santri baru juga biasanya menangis saat sedang mandi. Mengguyur wajah adalah momen paling tepat untuk menangis. Dengan kondisi kamar mandi yang tertutup dan suara air keran yang mengucur, isak tangis menjadi samar-samar tidak terdengar. Mungkin kamar mandi menjadi tempat paling aman untuk nangis secara diam-diam.

“Aku menangis ketika mandi karena itu adalah saat dimana tidak ada orang bisa mendengarku”. – Santri banget.
  1. Tamarrodh (Sakit-sakitan)
Satu lagi fenomena yang dialami oleh santri baru saat mondok, yakni sakit. Tubuh santri yang belum terbiasa dengan jadwal padat, dapat memungkinkan seorang santri menjadi sakit.  Penyebabnya bisa karena kelelahan, serta kondisi tubuh yang tidak fit. Apa lagi jika pola makannya tidak teratur. Kalau sudah begini santri tersebut harus segera berobat dan beristirahat yang cukup. Biasanya santri yang sakit diperbolehkan pulang untuk berobat di rumah. Namun ada saja santri yang memanfaatkan kondisi seperti ini untuk terus menerus pulang kerumah.

Oke, mungkin itulah ringkasan kejadian-kejadian yang dialami oleh santri baru saat awal-awal masuk pesantren. Bagi kamu yang sudah menjadi alumni, mungkin ini bisa menjadi pengingat pengalaman-pengalaman  saat mondok dan untuk kamu yang sedang mondok atau baru mau mondok, jangan berpikir buruk dulu tentang nyantri di pondok pesantren, karena sebenarnya keburukan dan ketakutan yang kamu pikirkan dengan kenyataan yang ada itu berbeda.
Tetaplah berjuang, belajar, mengaji, menghafal, berdiskusi, patuh pada kyai, patuh pada agama dan jalanilah itu semua dengan sabar, ikhlas, serta istiqomah, maka kamu akan mendapatkan hasil yang baik setimpal dengan perjuangan kamu. Ingatlah perjuanganmu di pondok pesantren tidak akan sia-sia. Mengapa? itu karena, Kesabaran, keteguhan, dan kerajinan kamu saat mondok akan membentuk pribadimu.


Sumber gambar : google gambartravel kompasdemuttaqinBuntet Pesantren

4 komentar:

Posting Komentar