Bagi mereka yang sudah menjadi alumni,
masa-masa menimba ilmu di pondok pesantren adalah masa-masa yang dirindukan. Mondok/nyantri di
pesantren menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Pengalaman
tersebut sangatlah berharga, dimana kita bisa mengingat betapa senangnya ketika
berkumpul bersama teman-teman, mengaji, menghafal, mengantri, makan, mandi, dan
melakukan aktivitas-aktivitas lain bersama-sama. Kita juga mengingat betapa
susahnya menghafal beberapa bait dari kitab kuning untuk setoran harian. Dan
salah satu yang paling tak terlupakan adalah momen ketika kita pertama kali
masuk ke pondok pesantren menjadi santri. Sebagai santri baru yang masih lugu,
banyak sekali kejadian yang dialami saat itu.
Dalam rangka mengenang momen berharga ini, mari kita
bahas kejadian-kejadian apa saja yang dialami saat menjadi santri baru. Selamat
membaca!
- Berada di lingkungan baru
Yang akan dialami pertama kali ketika menjadi santri
baru adalah lingkungan yang baru. Santri berpindah dari lingkungan yang lama
(rumah) ke lingkungan yang baru yakni pesantren. Di komplek pesantren santri
baru merasakan suasana yang berbeda. Ada yang sedang mengaji, solat berjama’ah,
sampai memasak. Santri baru juga menempati kamar yang baru, sekolah baru, dapur
baru, kantin baru (kalau ada), sampai dapur baru. Dan tak sedikit santri baru
yang kaget tentang kondisi sebagian kamar mandi sangat buruk, tidak ada
kuncinya, gayung hilang, pintu bolong, tidak ada lampu dan bak yang tidak
pernah dikuras. Sebagian pondok pesantren juga ada yang menerapkan waktu jam
air. Maksudnya pada waktu-waktu tertentu air akan dimatikan dan dinyalahkan
kembali. Biasanya air nyala pada waktu pagi dan sore.
- Bertemu teman baru
Santri baru akan bertemu dengan santri-santri baru
lainnya. Orang-orang yang menjadi santri baru datang dari berbagai penjuru
daerah. Ada yang dari Jawa, Sunda, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Aceh,
Nusa Tenggara, Ambon, dan Papua. Bahkan di beberapa pesantren terdapat juga
santri-santri yang datang dari luar negeri seperti dari Malaysia, Brunai,
Thailand, Singapura, Philipina, dan Sudan. Mereka akan saling berkenalan satu
sama lainnya.
- Latar belakang yang berbeda-beda
Santri yang mondok di pesantren datang dari
berbagai dareah yang berbeda. Tentu suku bangsa, bahasa, dan budayanya juga
berbeda. Mereka semua berkumpul dalam satu lingkungan yang sama. Setelah
berkenalan, para santri baru akan belajar berbagai bahasa, belajar mengenal
karakteristik, dan kebiasaan-kebiasaan dari teman-temannya tersebut. Ada
berbahasa Jawa, Sunda, Melayu, Makasar, halus, kasar, bahkan bahasa ngapak.
Ada juga yang pemarah, pendiam, nakal, berani, cengeng, rajin, dan iseng.
Intinya para santri baru belajar beradaptasi dengan kondisi masyarakat
pesantren yang multikultural.
- Satu kamar orang banyak
Di lingkungan pesantren, sudah umum jika satu kamar
dihuni banyak santri. Ada tipe kamar yang dipetak-petak kecil-kecil, ada juga
satu kamar langsung petak besar. Ada kamar yang menggunakan kasur, ada juga
yang cuma karpet. Jika kamarnya terlalu sempit, santri tidur secara
desak-desakan, agar muat mereka tidur dengan posisi berjejer rapih. Jika
benar-benar tidak muat, santri akan tidur ditempat lain seperti aula, ruang
kelas, mushola dan masjid. Bahkan ada kamar yang hanya digunakan untuk
meletakan lemari saja, sedangkan santri tidur bisa dimana saja. Namun
dibeberapa pesantren, pihak pondok pesantren sudah menata tempat tidur/kasur
untuk santri, sehingga tidak terjadi kepenuhan seperti tadi.
- Apa-apa serba ngantri
Santri baru mungkin belum terbiasa dengan budaya
mengantri. Tapi mereka pasti mengalami ini di pondok pesantren. Sebuah pondok
pesantren yang tergolong kecil bisa mempunyai sedikitnya 100 orang santri.
Untuk pondok pesantren yang besar, jumlah santri bisa mencapai 2000 orang
sampai 8000 orang santri. Fasilitas yang disediakan oleh pesantren digunakan
bersama-sama contohnya kamar mandi. Setiap hari, para santri berlomba-lomba
bangun sepagi mungkin, salah satu tujuannya adalah agar dapat menggunakan kamar
mandi. Jika bangun kesiangan bisa-bisa antrian untuk kamar mandi sudah panjang
bahkan ada kemungkinan akses air akan dimatikan. Juga saat mengambil makan,
santri pasti disuruh berbaris mengantri untuk bergantian mengambil makananan.
Disinilah kesabaran seorang santri diuji.
- Jadwal padat
Yang namanya pondok pesantren, pasti kegiatannya
banyak. Sebagian pesantren malah sudah membuat jadwal kegiatan untuk para
santri dari pagi sampai malam. Sudah tentu ini terjadi, karena di pondok
pesantren, para santri ditempa agar menjadi orang yang berilmu, rajin
beribadah, berkerja, belajar, dan ber-akhlakul karimah. Ada santri yang
kegiatannya hanya mengaji dan membantu kyai, ada juga yang mengaji sambil
sekolah. Santri yang sambil sekolah, paginya sampai siang digunakan untuk
sekolah formal kemudian dari sore sampai malam digunakan untuk mengaji, dengan
begitu jadwalnya menjadi padat.
Santri baru umumnya belum terbiasa dengan kondisi
seperti ini. Mereka tidak biasa dengan jadwal yang padat. Dan mereka yang tidak
kuat, akan tereleminasi dengan sendirinya, alias keluar. Tapi sebenarnya jika
aktivitas padat dilakukan dengan sabar, santri akan terbiasa dan tahan banting
(biasa capek).
- Makanan seadanya
Tidak seperti dirumah yang bisa memilih-milih makanan,
di pondok pesantren para santri baru harus terbiasa dengan makanan yang
tersedia. Pihak pondok sudah membuat jadwal makanan yang akan disediakan kepada
santri. Misalnya senin sayur lodeh, selasa sayur sop dsb. Para santri tidak
bisa memilih-milih makanan sesuka hati karena yang tersedia hanya itu. waktu
makan juga ditentukan, misalnya jika sehari makan tiga kali, maka waktunya
pagi, siang, dan malam/sore. Jika sehari dua kali, maka waktunya siang dan
malam/sore. Jika kelewatan, harus menunggu waktu makan selanjutnya. Dengan
begitu santri akan disiplin dalam makan.
- Homesick (Kangen Rumah)
Santri baru pasti alami ini. Mungkin satu dua hari
sampai seminggu belum kangen rumah. Tapi setelah itu mulai deh kangen
rumah. Kangen rumah yakni kangen orang tua, adik kakak, sdaudara,
teman-teman dan semua kondisi dirumah. Jika santri baru ada dalam kondisi
kangen rumah, mereka akan mengingat-ingat betapa enaknya tinggal dirumah.
Mereka juga mulai membandingkan kondisi di rumah dengan di pondok. Di pondok
sehabis sekolah masih harus ngaji, sedangkan dirumah bisa main. Di pondok kamar
mandinya kotor dan harus ngantri, sedangkan dirumah bersih dan bisa digunakan
kapan saja. Dipondok makannya engga enak, sedangkan dirumah makannya enak ada
ayam, sayur sop, telur, susu dan buah-buahan. Dipondok tidurnya desak-desakan,
sedangkan dirumah tidurnya di kasur yang empuk dan lega. Dan yang paling
penting dirumah ada orang tua dan saudara-saudara. Perasaan kangen rumah seperti
ini wajar sekali, malah banyak santri yang baru sehari tinggal di pesantren
saja sudah kangen rumah dan ingin pulang. Tapi lambat laun perasaan ini bisa
diatasi, salah satunya dengan selalu beraktifitas dengan teman-teman. Jangan
selalu merenung.
- Nangis diam-diam
Yang satu ini adalah kelanjutan dari kangen rumah.
Setelah santri baru mengalami fase kangen rumah, biasanya santri baru akan
menangis. “Di malam hari ketika beranjak tidur, setelah selesai aktivitas
pondok yang padat, terngianglah kondisi rumah, lalu muncul gambaran ibu dan
bapak dengan kasih sayangnya sedang tersenyum dan melambai-lambaikan tangan.
Mulailah berkaca-kaca mata para santri baru, hingga akhirnya menetes setelah
air matanya tak tertampung lagi oleh kelopak mata”. Walapun agak lebay, tapi
begitulah kira-kira gambaran dari kondisi santri baru yang sedang kangen rumah
dan menangis. Selain sebelum tidur, santri baru juga biasanya menangis saat
sedang mandi. Mengguyur wajah adalah momen paling tepat untuk menangis. Dengan
kondisi kamar mandi yang tertutup dan suara air keran yang mengucur, isak
tangis menjadi samar-samar tidak terdengar. Mungkin kamar mandi menjadi tempat
paling aman untuk nangis secara diam-diam.
“Aku
menangis ketika mandi karena itu adalah saat dimana tidak ada orang bisa
mendengarku”. – Santri
banget.
- Tamarrodh (Sakit-sakitan)
Satu lagi fenomena yang dialami oleh santri baru saat mondok,
yakni sakit. Tubuh santri yang belum terbiasa dengan jadwal padat, dapat
memungkinkan seorang santri menjadi sakit. Penyebabnya bisa karena
kelelahan, serta kondisi tubuh yang tidak fit. Apa lagi jika pola makannya
tidak teratur. Kalau sudah begini santri tersebut harus segera berobat dan
beristirahat yang cukup. Biasanya santri yang sakit diperbolehkan pulang untuk
berobat di rumah. Namun ada saja santri yang memanfaatkan kondisi seperti ini
untuk terus menerus pulang kerumah.
Oke, mungkin itulah ringkasan kejadian-kejadian yang
dialami oleh santri baru saat awal-awal masuk pesantren. Bagi kamu yang sudah
menjadi alumni, mungkin ini bisa menjadi pengingat pengalaman-pengalaman
saat mondok dan untuk kamu yang sedang mondok atau
baru mau mondok, jangan berpikir buruk dulu tentang nyantri di
pondok pesantren, karena sebenarnya keburukan dan ketakutan yang kamu pikirkan
dengan kenyataan yang ada itu berbeda.
Tetaplah berjuang, belajar, mengaji, menghafal,
berdiskusi, patuh pada kyai, patuh pada agama dan jalanilah itu semua dengan
sabar, ikhlas, serta istiqomah, maka kamu akan mendapatkan hasil yang baik
setimpal dengan perjuangan kamu. Ingatlah perjuanganmu di pondok pesantren
tidak akan sia-sia. Mengapa? itu karena, Kesabaran, keteguhan, dan
kerajinan kamu saat mondok akan membentuk pribadimu.
Sumber
gambar : google gambar, travel kompas, demuttaqin, Buntet Pesantren
4 komentar:
terbaik
jadi rindu :D
Welah
Referensinya dari mana kak? Info dong
Posting Komentar