Pada abad pertengahan, peradaban Islam tampil sebagai
pelopor dalam ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat, para ilmuwan Muslim kala itu
sukses membidani lahirnya lembaga pendidikan tinggi bernama universitas (
jami’ah).
Universitas pertama yang lahir dari peradaban Islam adalah
Universitas Al-Qarawiyyin ( Jami’ahAl- Qarawiyyin). Perguruan tinggi yang
berada di Kota Fez, Maroko, itu didirikan pada 859 M. Tak heran jika Guinness
Book of World Records pada 1998 menempatkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai
perguruan tinggi tertua dan pertama di seantero jagad yang menawarkan gelar
kesarjanaan.
Selain universitas ini, ada beberapa universitas tua lain
yang lahir dari peradaban Islam, di antaranya Universitas Al-Azhar di Mesir,
Universitas Sankore di Timbuktu, Mali, dan Universitas Nizzamiya di Persia.
Berikut adalah 3 Universitas Islam Tertua didunia :
Universitas al-Qarawiyyin
Universitas Al-Qarawiyyin atau Al-Karaouine (bahasa Arab: جامعة القرويين) (transliterasi dari nama lainnya meliputi Qarawiyin, Kairouyine, Kairaouine, Qairawiyin, Qaraouyine, Quaraouiyine, Quarawin, dan Qaraouiyn) adalah universitas pertama di dunia yang berlokasi di Fes, Maroko yang didirikan pada tahun 859. Universitas ini telah dan terus menjadi salah satu pusat spiritual dan pendidikan terkemuka dari dunia Muslim.
Al-Qarawiyyin memainkan peran utama dalam hubungan budaya
dan akademis antara dunia Islam dan Eropa di abad pertengahan. Kartografer
Mohammed al-Idrisi (w. 1166), yang memiliki peta dibantu eksplorasi Eropa di
masa Renaissancemengatakan telah tinggal di Fes untuk beberapa waktu,
menunjukkan bahwa ia mungkin telah bekerja atau belajar di Al-Qarawiyyin.
Universitas ini telah menghasilkan banyak sarjana yang sudah sangat
mempengaruhi sejarah intelektual dan akademik dunia Muslim dan Yahudi. Di
antaranya adalah Ibnu Rushayd al-Sabti (w. 1321), Mohammed bin al-Hajj
al-Abdari al-Fasi (w. 1336),Abu Imran al-Fasi (w. 1015), teoritikus terkemuka
dari mazhab Maliki hukum Islam, Leo Africanus, seorang pengelana terkenal dan
penulis, dan Rabbi Moshe ben Maimon.
Institusi Al-Qarawiyyin dianggap oleh buku
Guinness,UNESCO dan banyak sejarawan. sebagai universitas pemberi
gelar akademik tertua yang masih beroperasi di dunia. Namun, klaim ini
ditentang oleh sejarawan lain yang menganggap bahwa universitas-universitas
abad pertengahan di dunia Islam dan universitas Eropa abad pertengahan diikuti
lintasan sejarah sangat berbeda sampai sebelumnya diperluas untuk yang terakhir
dalam zaman modern, dan sertifikat yang disampaikan dalam universitas
non-Eropa menyimpang dalam konsep dan prosedur dari doktoral abad pertengahan
di mana gelar universitas modern berevolusi.
Pada tahun 1947, Universitas Al-Qarawiyyin direorganisasi
menjadi universitas modern.Al-Qarawiyyin adalah bagian dari masjid, didirikan
pada tahun 859 oleh Fatima al-Fihria, putri seorang pedagang kaya bernama
Muhammad Al-Fihri. Keluarga Al-Fihri telah bermigrasi dari Kairouan (di sinilah
asal nama masjid), Tunisia ke Fes pada awal abad ke-9, bergabung dengan
komunitas pendatang lainnya dari Kairouan yang telah menetap di sebuah distrik
barat kota. Fatima dan kakaknya Mariam, baik dari mereka berpendidikan,
mewarisi sejumlah besar uang dari ayah mereka. Fatima berjanji untuk
menghabiskan seluruh warisannya pada pembangunan masjid yang cocok untuk
komunitasnya.
Selain tempat untuk ibadah, masjid segera berkembang menjadi
tempat untuk pelajaran agama dan diskusi politik, secara bertahap memperluas
pendidikan untuk berbagai mata pelajaran, khususnya ilmu alam.
Al-Qarawiyyin memperoleh perlindungan politik kuat dari
Sultan. Dikompilasi banyak pilihan manuskrip yang disimpan di perpustakaan yang
didirikan oleh Sultan Abu Inan Farisdari Dinasti Marinid pada tahun 1349. Di
antara naskah yang paling berharga saat ini disimpan di perpustakaan adalah
jilid dari yang terkenal Al-Muwatta dari Malik yang ditulis pada perkamen
kijang, Sirat Ibn Ishaq, salinan Al Qur'an yang diberikan oleh Sultan Ahmad
al-Mansur pada tahun 1602, dan salinan asli dari buku Ibnu Khaldun
Al-'Ibar. Di antara mata pelajaran yang diajarkan, di samping Al Qur'an
dan Fiqih (hukum Islam), adalah tata bahasa, retorika, logika, kedokteran,
matematika, astronomi, kimia, sejarah,geografi dan musik.
Al-Qarawiyyin dimainkan, di abad pertengahan, peran utama
dalam pertukaran budaya dan transfer pengetahuan antara Muslim dan Eropa.
Pelopor akademisi seperti Ibnu Maimun (Maimonides),
(1135–1204), Al-Idrissi (w.1166 M), Ibnu al-Arabi (1165-1240 M), Ibnu
Khaldun (1332-1395 M), Ibnu al-Khatib, Al-Bitruji (Alpetragius), Ibnu Hirzihim,
dan Al-Wazzan semua terhubung dengan Universitas baik sebagai mahasiswa atau
dosen. Di antara cendekiawan Kristen mengunjungi Al-Qarawiyyin adalah tokoh Belgia Nicolas
Cleynaerts dan tokoh Belanda Golius.
Al-Qarawiyyin menjadi universitas modern pada tahun 1947,
dengan memberikan gelar akademik.
Pada tahun 1975, Studi Umum dialihkan kepada yang baru
didirikan yang bernama Universitas Sidi Mohamed Ben Abdellah ; Al-Qarawiyyin
tetap pada program studi Islam dan studi teologis.
Dinasti berturut-turut memperluas masjid Al-Qarawiyyin
sampai menjadi yang terbesar di Afrika Utara, dengan kapasitas lebih dari
20.000 jamaah. Dibandingkan dengan masjid besar Isfahan atau Istanbul, desain
ini sederhana. Kolom dan lengkungan yang polos putih, lantai tercakup dalam
buluh tikar, karpet tidak subur. Namun hutan yang tampaknya tak berujung
lengkung menciptakan rasa keagungan yang tak terbatas dan privasi intim,
sementara kesederhanaan desain melengkapi relung yang dihiasi halus, mimbar dan
halaman luar, dengan ubin yang luar biasa, semen gips, ukiran kayu dan lukisan.
Bentuk sekarang dari masjid ini adalah hasil dari evolusi
sejarah yang panjang selama lebih dari 1.000 tahun. Awalnya masjid sekitar 30
meter dengan halaman dan empat lorong melintang. Perluasan pertama dilakukan
pada 956, berdasarkan Khalifah Kordoba Umayyah, Abd-ar-Rahman III. Ruang sholat
diperpanjang dan menara dipindahkan, mengambil bentuk persegi yang berfungsi
sebagai model untuk menara Afrika Utara yang tak terhitung jumlahnya. Pada saat
ini menjadi sebuah tradisi bahwa masjid lainnya di Fes akan membuat ajakan
untuk salat hanya setelah mereka mendengar Al-Qarawiyyin. Dalam menara masjid
Al-Qarawiyyin ada ruang khusus, Dar al-Muwaqqit, di mana waktu salat
ditetapkan.
Rekonstruksi yang paling luas dilakukan pada 1135 di bawah
perlindungan dari pemimpin Almoravid sultan Ali bin Yusuf yang memerintahkan perpanjangan
masjid dari 18 sampai 21 lorong, memperluas struktur lebih dari 3.000 meter
persegi . Masjid ini memperoleh penampilan yang sekarang saat ini, menampilkan
lengkungan tapal kuda dan bingkai ijmiz dihiasi dengan seni Andalusia yang
indah dan geometris, yang dibatasi dengan kaligrafi Kufi.
Pada abad 16, Saadi memulihkan masjid, menambahkan dua teras
sampai ke ujung utara dan selatan.
Universitas Sanroke
Berada jauh di mata, rupanya tak menghalangi para pencari
ilmu mendatangi Universitas Sankore di Timbuktu, Mali, sebuah daerah miskin di
bagian barat Benua Afrika. Ibarat sebongkah mutiara, ia terus dikejar oleh
banyak orang. Terbukti perguruan tinggi yang berdiri pada tahun 989 M itu mampu
menyedot peminat dari seluruh penjuru dunia hingga 50 ribu mahasiswa. Sejumlah
angka yang cukup fantastis dibanding penduduk kota Timbuktu pada masa itu (abad
12-16 M) yang hanya mencapai angka 100 ribu jiwa saja.
Universitas Sankore mulai dibangun pada tahun 1581 M. Dengan
mengambil konsentrasi pada kajian sains dan pendidikan agama. Terutama pada
ilmu al-Qur’an, astronomi, logika dan sejarah. Universitas Sankore menerapkan
standar dan persyaratan yang ketat bagi para mahasiswa dan alumninya. Termasuk
di dalamnya karya tulis sebagai persayaratan bagi kelulusan mereka. Tak heran,
dengan aturan ketat seperti itu menjadikan Universitas Sankore mampu
memproduksi lulusan sarjana berkelas di bidangnya. Para lulusannya tak sekedar
menjadi sarjana saja, tetapi mereka mampu melahirkan karya-karya imiah hingga
mencapai jutaan risalah dan lembar manuskrip.
Laiknya sebuah kota peradaban, aktivitas belajar, penyebaran
ilmu, dan jual beli karya tulis di kota Timbuktu menjadi komoditi terbesar
kedua setelah perdagangan emas dan garam sebagai komoditas terbanyak bagi
masyarakat Timbuktu saat itu. Di kota Timbuktu juga terdapat Perpustakaan Ahmed
Baba Centre, sebuah nama yang diadopsi dari seorang alim ternama Ahmed Baba.
Perpustakaan tersebut menjadi surge bagi para pencari ilmu dengan koleksi
naskah yang mencapai 20 ribu naskah arab kuno di perputakaan tersebut. Konon,
sejumlah naskah tersebut bahkan berasal dari kedua Masehi.
Universitas yang ada di Timbuktu, Mali, Afrika Barat, ini
selama empat abad lamanya sempat menjelma menjadi lembaga pendidikan berkelas
dunia. Didirikan pada 989 Masehi, Universitas Sankore menyedot perhatian
kalangan muda dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di dalamnya.
Aktivitas keilmuan di Sankore bemula dari masjid. Pada 989 M
kepala hakim di Timbuktu bernama Al-Qadi Aqib bin Muhammad bin Umar
memerintahkan berdirinya Masjid Sankore. Di masjid itulah kemudian aktivitas
keilmuan tumbuh pesat. Seorang wanita Mandika yang kaya raya lalu menyumbangkan
dananya untuk mendirikan Universitas Sankore.
Seiring perjalanan waktu, masa kejayaan Universitas Sankore
di kota Timbuktu perlahan mulai meredup. Hal ini dipicu oleh sebuah kebakaran
hebat di kota tersebut yang melahap hampir seluruh sisa peradaban Islam. Selain
itu para pedagang juga mulai mengalihkan rute perjalanannya. Dari jalur
Trans-Sahara ke jalur laut melalui Samudera Atlantik.
Pada abad ke-12, jumlah mahasiswanya mencapai 25 ribu orang.
Padahal, jumlah penduduk Kota Timbuktu di masa itu hanya berjumlah 100 ribu
jiwa. Universitas ini diakui kualitasnya karena lulusannya mampu menghasilkan
publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas. Buktinya, baru-baru ini di
Timbuktu, Mali, ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan
Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.
Universitas Al-Azhar Kairo
Siapa Umat Islam yang yang tidak mengenal Universitas al -Azhar Kairo, Universitas ini adalah tujuan dari ribuan calon ulama di seluruh dunia, dan merupaakan salah satu universitas Islam tertua, padahal, awal dari universitas ini hanyalah sebuah masjid, yang kemudian berkembang menjadi universitas, berikut pembahasan yang admin kutip dari wikipedia.
Universitas Al-Azhar (diucapkan "AZ-har", bahasa
Arab: جامعة الأزهر الشريف; Al-ʾAzhar al-Šyarīf, Al-Azhar Mulia),
adalah salah satu pusat utama pendidikan sastra Arab dan pengkajian Islam Sunni
di dunia, dan merupakan universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia.
Universitas ini berhubungan dengan masjid Al-Azhar di wilayah Kairo Kuno.
Mulanya universitas ini dibangun oleh Bani Fatimiyah yang
menganut mazhab Syi'ah Ismailiyah, dan sebutan Al-Azhar mengambil dari nama
Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Masjid ini dibangun sekitar
tahun 970~972. Pelajaran dimulai di Al-Azhar pada Ramadan Oktober 975, ketika
ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu'man mulai mengajar dari buku
"Al-Ikhtisar" mengenai topik yurisprudensi Syi'ah. Madrasah, tempat
pendidikan agama, yang terhubung dengan masjid ini dibangun pada tahun 988.
Belakangan, tempat ini menjadi sekolah bagi kaum Sunni menjelangabad
pertengahan, dan terus terpelihara hingga saat ini.
Saat ini, misi universitas antara lain adalah penyebaran
agama dan budaya Islam. Untuk tujuan ini, para sarjana Islam (ulama)
mengeluarkan maklumat (fatwa) untuk menjawab berbagai permasalahan yang
ditanyakan kepada mereka dari seluruh dunia Islam Sunni, mengenai perilaku
individu atau masyarakat muslim yang tepat (contohnya baru-baru ini adalah
fatwa mengenai klarifikasi dan dan pelarangan terhadap pemotongan alat kelamin
perempuan). Al-Azhar juga melatih pedakwah yang ditunjuk oleh pemerintah Mesir.
Perpustakaan Al-Azhar dianggap nomor dua terpenting penting
di Mesir setelah Perpustakaan dan Arsip Nasional Mesir. Al-Azhar yang bermitra
dengan ITEP, suatu perusahaan teknologi informasi Dubai, pada bulan Mei 2005
meluncurkan Proyek YM Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum untuk Melestarikan
dan Mempublikasikan Naskah Al-Azhar Secara Online("Proyek Al-Azhar
Online"); dengan membawa misi untuk memberikan akses online kepada
masyarakat atas seluruh koleksi manuskrip langka (terdiri dari sekitar tujuh
juta halaman) yang dimiliki perpustakaan Al-Azhar.
0 komentar:
Posting Komentar