Sabtu, 25 April 2015 - 0 komentar

Kamu Santri?




Pesantren sebagaimana pada umumnya akan selalu dikenal oleh masyarakat sebagai Rumah Moral, penghuninya adalah orang-orang yang berakhlak mulia, santun, ramah dan berwibawa. mereka yang tinggal didalamnya biasa dikenal sebagai seorang santri, dan dari jiwa merekalah terpancar aura-aura kesehajaan.

Santri dikenal sebagai pemilik jiwa yang tegar, tidak pernah mengeluh dengan rintangan-rintangan kecil, tidak modah terjebak oleh sekat-sekat kecil yang gampang memecahkan, dia memiliki jiwa berpendirian yang matang dan tidak mudah terprovokasi.
Perilakunya yang santun menjadi gambaran bahwa dirinya memang telah matang dengan pesan-pesan moral yang kadang menjadi doktrin keras dari sang guru untuk selalu berpegang pada prilaku yang berakhlaq dan terpuji.

Jika ternyata pada kemudian hari, seorang santri menampilkan prilaku yang justru bertentangan dengan nilai-nilai pesantren maka pertanyaannya, apakah betul dia adalah seorang santri?
Dari sekian juta Alumni pesantren yang tersebar luas di seluruh lapisan indonesia, ternyata tidak sedikit dari mereka yang mengalami kegagalan secara total untuk disebut sebagai seorang santri, atau dalam artian dia tidak memiliki jati diri seorang santri walaupun kita masih bisa mengakuinya mereka tidak gagal sebagai orang akademisi. Mereka hanya mampu menemukan simbol yang ternyata tidak melekat erat pada dirinya, simbol itu hanya ibarat kain kusut yang hanya mampu menutup tapi tidak memperindah fisiknya, simbol santri karena dia disebut-sebut sebagai lulusan pesantren tapi ternyata dia tidak memiliki jiwa kepasantrenan yang melekat pada dirinya.

Ciri-ciri kader yang gagal sebagai seorang santri yaitu ketika dia tidak mampu merefresentasikan ilmu yang dia peroleh dari pesantren dengan perilakunya, dipesantren diajarkan tentang adab, tapi ternyata dia biadab, di pesantren diajarkan tentang tata perilaku yang baik, tapi dia tidak beradab, dipesantren diajari tentang keramahan, tapi dia arogan, dipesantren diajarkan tentang kesederhanaan, tapi ternyata dia gelamur, dipesantren diajarkan budi pekerti, tapi ternyata dia sombong, dipesantren diajari tentang kasih sayang, tapi ternyata dia memancarkan aura keangkuhan, dipesantren diajari tentang kesabaran, tapi ternyata dia sombong dan begitupun seterusnya, apa yang telah diberikan oleh pesantren kepada dirinya ternyata diperaktekkan hanya untuk memenuhi kepentingan dirinya.

Pada hakikatnya, pesantren itu mengkader para alumninya tidak hanya sekedar dia disebut seorang santri, karena kaderisasi yang telah dilakukan oleh pesantren ditempuh dengan dua hal, yang pertama adalah Tarbiyah (Mendidik), dan yang kedua adalah Ta'lim (memberi Pelajaran). Dari dua jalur ini maka kemudian lahirlah empat produk pesantren .

1. Produk Gagal

Mereka adalah kader yang hanya mampu meresapi jalur yang kedua, yaitu Ta’lim, mereka terpelajar tapi mereka tidak terdidik. Ciri-cirinya adalah : mereka mampu mengurai kata-kata bijak, tapi mereka tidak bijak, mareka faham tentang ilmu ini dan itu tapi mareka tidak berperilaku sebagai seorang ilmuan, maka untuk katagori ini, kemudian berlakulah firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan
.” (QS-As-Shaf : 2-3)

2. Setengah Gagal

Produk ini biasanya diwakili oleh mereka yang ghiroh jihadnya kecil, mereka menganggap pesantren adalah jalur alternative, bukan jalur utama, sehingga ketika mereka terjebak mereka tidak manemukan alternative lain, akhirnya jika kemudian mereka tidak tersesat mareka menjadi terseok-seok.
Ciri yang kedua ini sering dialami oleh mereka yang merasa terpaksa berada dipesantren, keberadaannya di lembaga yang berbasis pesantren tidak dilandasi oleh keinginan yang kuat. Dan Akhirnya meskipun kemudian mereka itu terdidik tapi mareka tidak terpelajar. Ciri yang kedua inilah yang kemudian melahirkan kader tanggung yang hasilnya hanya biasa dinikmati oleh dirinya sendiri dan tidak biasa dimanfaatkan untuk orang lain. Dan bagi mereka tidak berlaku “Khoirunnas Anfauhum Linnas”

3. Gagal Total

Siapakah mereka?
Poin yang ketiga inilah yang sebenarnya tersebar luas dimana-mana. Mareka itu belajar tapi tidak terpelajar, mareka dididik tapi tidak terdidik, bahasa yang pas barangkali bahwa mareka itu adalah kader gagal yang tidak bisa diharapkan. Bagi mereka Pesantren adalah sebagai tempat singgah untuk sekedar istirahat dari desakan pekerjaan rumah dan bagi merekalah kemudian berlaku firman Allah “Mereka itu ibarat binatang ternak bahkan lebih tersesat darinya” atau Firman Allah yang lain “Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya”.
Dan kemudian mereka didamparkan oleh Allah terhadap kehidupan yang materialis dan hidones, mareka menganggap dunia sebagai tolak ukur utama untuk meraih kebahagiaan dan memenuhi keinginan hawa nafsu untuk sekedar meraih kepuasan, mati tidak terlintas dalam fikiran mereka meski sepintas apalagi Akhirat.

4. Santri

Siapakah orang hebat ini?
Kita lihat bagaimana Allah memuji mereka dalam Alquran
“Mereka Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS Al-Anfal : 04)

Poin inilah kader pesantren yang sebenarnya, jika Allah swt memujinya bagaimana dengan hamba Nya yang setiap hari berinteraksi dengan orang hebat ini. Mereka tidak hanya memberikan pencerahan tapi mereka juga kelihatan cerah. Akhlak menjadi ukuran utama cara mengenalnya, pribadinya yang tegar tidak mudah terseok-seok oleh sekat-sekat kecil yang justru kadang memecahkan sesama. Santri itu tangguh, dia punya bahan untuk memberikan sesuata tanpa mengharapkan sesuatu, gaya bicaranya yang tidak ngawur, santai tapi penuh makna. dia tidak terbiasa dengan janji-janji manis untuk menarik orang lain, justru ummat menjadi tertarik dengan bukti-bukti brilliant yang bahkan mencengangkan. Dia ibarat magnet yang menarik perhatian orang lain. Semangat dakwahnya berkobar melalap setiap jebakan hawa nafsu, dia tidak mudah terpengaruh dengan kilauan dunia yang biasa orang lain terpana. Bagi mereka Hidup untuk Allah swt.

0 komentar:

Posting Komentar