Pemilihan Bupati (Walikota) telah memasuki tahap kampanye, dengan dua pasang calon Bupati dan wakil Bupati bersiap untuk bersaing. Pasangan nomor 1, Ali Basrah – Deny, akan berhadapan dengan pasangan nomor 2, Raidin Pinim - Bukhari. Pencoblosan hanya tinggal beberapa minggu lagi, dan suasana kampanye semakin memanas, baik dalam dunia nyata maupun di dunia maya. Perang kata-kata pedas, bahkan menjatuhkan harga diri para Calon Bupati, sering terjadi. Masing-masing pihak berlomba mencari kekurangan pada calon lawan mereka.
Dukungan yang paling mencolok saat ini terjadi di dunia maya, di mana pendukung lebih berani dalam mengekspresikan dukungan mereka kepada kandidat pilihan mereka. Ini seringkali berujung pada pertukaran kata-kata tajam, baik dengan cara yang cerdas maupun kasar. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghindari terlibat dalam perdebatan yang bisa mengarah pada penghinaan atau pencelaan terhadap Calon Bupati lainnya.
Sebagai contoh bijak, KH. Abdullah Gymnastiar atau AA Gym sering menggunakan perumpamaan hati dan perkataan kita seperti ceret dan isinya. Apa yang kita isi ke dalam ceret akan menjadi yang keluar. Jika isinya kopi, maka yang keluar akan menjadi kopi. Jika isinya teh, maka yang keluar akan menjadi teh. Bahkan jika isinya racun, yang keluar akan menjadi racun. Hal yang sama berlaku untuk hati kita. Jika hati kita bersih, kata-kata yang kita ucapkan akan baik. Namun jika hati kita kotor, rusak, atau penuh dengan penyakit, maka kata-kata yang kita ucapkan akan menjadi buruk bahkan kasar.
Melihat perdebatan dan pertukaran kata-kata yang kasar, bahkan hinaan, antara pendukung Calon Bupati dan Cawabup, kita perlu merenung. Apakah hati para pendukung setia mereka telah begitu rusak? Ketika kita menyukai atau mendukung seseorang, kita cenderung mengabaikan kekurangannya, sedangkan jika kita tidak suka pada seseorang, kita selalu mencari kesalahan dan kekurangannya. Ada pepatah bijak yang mengatakan,
وعين الرضا عن مل عيب كللة، كما أن عين السخت تبدي المساويا
Jika seseorang itu sudah memandang
baik kepada orang lain, maka seburuk apapun kelakuan orang itu akan dianggap
sebagai kekhilafan belaka,
dan sebaliknya, jikalau seseorang
itu sudah memandang buruk kepada orang lain, maka segala kebaikan yang
dilakukan oleh orang itu akan dianggap pencitraan belaka.
Kita diajarkan agar dalam mencintai
seseorang sewajarnya saja. Dan, harus karena Allah. Sebab, bisa jadi suatu saat
justru akan kita benci karena mengecewakan kita. Nabi SAW bersabda: “Cintailah
orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia
akan menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah orang yang tidak engkau
sukai itu sekedarnya saja sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang
yang kamu cintai.” (HR. Turmidzi).
Bukankah diantara kontestan pemilu Bupati
yang tampil ada yang dulunya berkawan. Sebaliknya, ada pula yang dulunya lawan,
sekarang berubah menjadi kawan. Maka, mendukung secara berlebihan, dengan
mengalahkan nurani dan ajaran akhlak tentu bukan langkah yang bijak.